Sunday 27 November 2016

Kepemimpinan Transaksional dan Tranformasional



1.      Kepemimpinan Transaksional

Kepemimpinan yang mengarahkan atau memotivasi para pengikutnya pada tujuan yang telah ditetapkan dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka. Pada kepemimpinan ini terdapat beberapa karakteristik, pertama mengenai penghargaan bersyarat, yaitu menjanjikan penghargaan untuk kinerja yang bagus dan mengakui pencapaian yang diperoleh. Karakteristik kedua tentang manajemen dengan pengecualian, yaitu mengamati dan mencari penyimpangan dari aturan-aturan dan standar serta melakukan tindakan perbaikan. Lalu karakteristik ketiga, yaitu kepemimpinan bersifat bebas (Laissez-Faire) artinya melepaskan tanggung jawab dan menghindari pengambilan keputusan maksudnya pemimpin menyadari bahwa anggotanya mampu dalam melakukan pengambilan keputusan sendiri. Contoh kasus:

Laporan Reporter Tribun Jogja, Santo Ari
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN – 

Polda DIY memberikan penghargaan kepada anggotanya yang berhasil mengungkap dan mengamankan tersangka dalam kasus orang hilang yang direkrut organisasi Gafatar.
Sebanyak 11 personel dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda DIY mendapat piagam penghargaan dalam upacara yang digelar di lapangan Polda DIY, Rabu (17/2/2016).
Kapolda DIY Brigjen Pol Erwin Triwanto mengatakan penghargaan ini untuk memotivasi kinerja dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan tugas bagi anggotanya yang selama ini aktif dan berprestasi di jajaran Polda DIY.
Penghargaan ini untung anggota yang telah berhasil mengungkap dan menangkap pelaku atas kasus orang hilang dokter Rica yang diduga direkrut organisasi Gafatar.
"Mereka berangkat dengan tekad yang kuat, dengan waktu 10 hari akhirnya bisa mendapatkan korban yang diculik," ujar Kapolda.
Adapun anggota yang mendapat penghargaan adalah AKBP Djuhandani Rahardjo selaku Wadir Reskrimum Polda DIY, lalu Kasubdit 1 Ditreskrimum AKBP Ganda Saragih, Kanit 1 Subdit 1 Ditreskrimum Kompol I Wayan Artha, Kanit 4 Sat Intelkan Polres Sleman Iptu Dwi Putra Santosa.
Kemudian selebihnya adalah anggota opsnal Ditreskrimum yakni Bripka Ari Wintoko, Bripka Fery Andi, Brigadir Eko Wibowo, Brigadir Suharjono, Brigadir Kimantoro Tri, Bripka Nurul Fajri dan PNS Ditreskrimum Dadang Arif.
Wadir Reskrimum AKBP Djuhandani Rahardjo mengatakan rasa syukurnya karena pimpinan telah memperhatikan kinerja para personel di lapangan.
Hal ini menurut Djuhandani memberikan motivasi ke depan agar ia dan jajarannya lebih baik dalam melindungi dan mengayomi masyarakat khususnya dalam hal penegakan hukum.
"Opsnal Unit Jatanras sudah 12 kali mendapat penghargaan sejak 2010 lalu. Penghargaan ini didapat dengan melakukan pengungkapan kasus yang cukup sulit dan perlu kerja keras dari anggota," paparnya. (tribunjogja.com)

Analisis kasus: penghargaan yang diberikan oleh Polda kepada polisi yang berhasil mengungkap dan mengamankan tersangka penculikan dari suatu organisasi merupakan salah satu contoh bentuk kepemimpinan transaksional, dimana piagam penghargaan yang diberikan merupakan penghargaan bersyarat yang dapat memotivasi para anggota kepolisian.


2.      Kepemimpinan Tranformasional
Kepemimpinan yang menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka demi kebaikan organisasi dan memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri para pengikutnya. Pemimpin tranformasional menaruh perhatian terhadap perkembangan diri para pengikutnya, mengubah kesadaran pengikut mengenai isu-isu yang ada dan menginspirasi para pengikutnya untuk bekerja keras.
Pada kepemimpinan ini terdapat beberapa karakteristik diantaranya, yaitu berupa pengaruh yang ideal dengan cara memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, serta mendapatkan respek dan kepercayaan. Kedua, yaitu memiliki motivasi yang inspirasional dimana pemimpin mengkomunikasikan ekspektasi yang tinggi, menggunakan simbol-simbol untuk berfokus pada upaya, dan menyatakan tujuan-tujuan penting secara sederhana. Ketiga, yaitu pemimpin memiliki stimulasi yang intelektual yang meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah yang cermat. Keempat, yaitu memiliki pertimbangan yang bersifat individual artinya pemimpin memberikan perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing karyawan secara individual, serta melatih dan memberikan saran. Contoh kasus: 

Keterlibatan pertamanya dalam gerakan Hak Sipil adalah dalam insiden Miss Claudette Colvin dan Miss Rosa Parks ketika ia menolak menyerahkan kursinya untuk orang putih. King terlibat dalam kasus ini, dan itu menyebabkan kerusuhan Bus Montgomery. King memimpin kerusuhan ini.
Dia lalu merintis Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan, kelompok ini diciptakan dari gabungkan gereja kulit hitam untuk mengorganisir kerusuhan tanpa kekerasan untuk reformasi hak-hak sipil. King menerapkan metode tanpa kekerasan Gandhi di semua kerusuhan itu. Ia sangat sukses dan opini publik bergoyang dalam mendukung gerakan. Dengan demikian, banyak hak dimasukkan ke dalam hukum Amerika Serikat.

Pelajaran Kepemimpinan Martin LutherKing Junior

1. Pasif merupakan karakteristik buruk
Martin Luther King melihat bahwa kepasifan untuk kebaikan adalah seburuk mengabadi pada kejahatan.
Hal ini terutama berlaku jika Anda ingin menjadi pemimpin. Anda tidak bisa menjadi pasif. Ketika ada konflik yang terjadi antara dua anggota tim Anda, Anda harus menjadi orang yang menyelesaikannya. Ketika ada tantangan utama yang dihadapi organisasi Anda, Anda tidak dapat bersembunyi. Anda harus aktif dalam memulai metode baru, menghadapi tantangan dan memecahkan masalah.
2. Kepemimpinan kreatif diperlukan untuk perubahan
Martin Luther King melihat pentingnya revolusi disiplin. Dia melihat kekuatan sekelompok individu yang disiplin dan terorganisir yang berusaha untuk membawa perubahan positif di dunia. Dengan wahyu itu, dia memimpin gerakan hak-hak sipil untuk mencapai tujuannya.
Seorang pemimpin yang sangat baik selalu menantang status quo. Dia tidak memungkinkan norma-norma sosial untuk menentukan metodenya atau tujuan.
3. Cinta adalah kekuatan yang lebih besar daripada kekerasan
Martin Luther King percaya bahwa cinta dan non-kekerasan adalah senjata yang lebih kuat daripada kekerasan dan kebencian dalam mempengaruhi perubahan. Dengan itu, ia menggunakan metode non-kekerasan sebagai sarana utama untuk mencapai persamaan hak bagi rakyatnya.
Apa pun penyebabnya Anda perjuangkan, atau organisasi yang Anda pimpin, selalu baik untuk mengetahui bahwa pada akhirnya, di atas segalanya, itu adalah cinta yang dapat mengubah dunia

Analisis kasus: kepemimpinan Martin Luther dikatakan sebagai kepemimpinan tranformasional dikarenakan ia telah menggunakan metode non kekerasan untuk memperjuangkan hak rakyatnya. Ia telah mengorganisir kerusuhan tanpa kekerasan untuk mereformasi hak-hak warga sipil dengan begitu ia telah mengubah pandangan para warga sipil bahwa kekerasan bukanlah hal yang dapat menyelesaikan masalah. Pada hal tersebut Martin Luther mengutamakan kepentingan orang lain khususnya orang kulit hitam dan ia juga mendapat dukungan masyarakat dalam gerakannya tersebut yang tanpa kekerasan. Selain itu Martin Luter juga merupakan pemimpin yang aktif untuk ikut serta memecahkan masalah yang ada pada anggotanya serta memiliki visi dan misi yang menggerakkan dia untuk memperjuangkan hak-hak sipil.

Daftar Pustaka:
Robbins, S. & Judge,T. (2008). Perilaku organisasi organizational behavior. Jakarta: Salemba Empat.
http://perilakuorganisasi.com/kepemimpinan-martin-luther-king-jr.html
http://cybsearch.com/evolving-role-tech-leadership/



Definisi, Komponen, Jenis, Fungsi dan Pembagian Kepemimpinan




Definisi Kepemimpinan
Dalamt Sarwono (2005) definisi kepemimpinan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Hemphill & Coons (1957), kepemimpinan adalah perilaku seorang individu ketika ia mengarahkan aktivitas sebuah kelompok menuju suatu tujuan bersama.
Jacobs (1970), kepemimpinan adalah interaksi antarmanusia di mana salah satunya menyajikan satu jenis informasi tertentu sedemikian rupa sehingga yang lain yakin bahwa hasilnya akan lebih baik jika ia berperilaku sesuai dengan cara-cara yang dianjurkan atau diharapkan.
Stogdill (1974), kepemimpinan adalah pengawalan dan pemeliharaan suatu struktur dalam harapan dan interaksi.
Katz & Kahn (1978), kepemimpinan adalah tambahan pengaruh yang lebih tinggi dan di atas mekanisme pencapaian dengan arahan rutin dari organanisasi.
Roach & Behling (1984), kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas sebuah kelompok yang terorganisasi menuju pencapaian suatu tujuan.
Berdasarkan kelima definisi dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah interaksi antarmanusia dengan pengaruh yang lebih tinggi untuk mengarahkan aktivitas sebuah kelompok ke suatu tujuan tertentu.


Komponen Kepemimpinan
Terdapat tiga komponen penting didalam sebuah kepemimpinan, yaitu:
- Pengaruh: kepemimpinan adalah pengaruh dan terjadi karena adanya proses pengaruh, pemimpin mempengaruhi bawahan atau pengikut kearah yang diinginkan.
- Legitimasi: kepemimpinan adalah legitimasi, merupakan pengakuan kedudukan seorang pemimpin dan posisi formal dari kekuasaan dalam sebuah organisasi. Pemimpin yang memiliki legitimasi personal dapat mempengaruhi bawahan atau pengikutnya dan pengikut tersebut juga rela dipengaruhi serta diperintah oleh pemimpin yang memiliki legitimasi.
- Tujuan: kepemimpinan adalah pencapaian tujuan karena seorang pemimpin berurusan dengan tujuan-tujuan baik tujuan individu, kelompok, dan organisasi. Pada hal ini pemimpin harus dapat menyeimbangkan antara tujuan organisasi dengan keinginan bawahan. 

Jenis-jenis Kepemimpinan
1.      Otoriter
Pemimpin meminta karyawan atau bawahannya untuk melakukan sesuatu dan memerintahkan bagaimana caranya sesuatu itu dilakukan tanpa meminta petunjuk atau saran dari para pengikutnya. Jenis kepemimpinan ini diterapkan ketika seorang pemimpin memiliki semua informasi untuk memecahkan masalah, mengejar waktu, dan karyawan yang termotivasi.

2.      Partisipatif (Demokratis)
Jenis kepemimpinan ini memiliki gaya yang lebih bersahabat dan elagiter serta bahasa yang digunakan bukan berupa perintah melainkan ajakan. Selain itu, dalam prakteknya pemimpin demokratis melibatkan dirinya dan satu atau lebih karyawan dalam proses pengambilan keputusan. Jika dalam bentuk tim, pemimpin menentukan apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, tapi pemimpin tetap menjadi yang paling bertanggung jawab. Jenis kepemimpinan ini diterapkan jika pemimpin memiliki informasi yang cukup mengenai kekuatan dan kelemahan anak buah, sehingga ia dapat membagi tugas dan tanggung jawab sesuai dengan keterampilannya masing-masing.

3.      Delegatif (Bebas)
Pemimpin membiarkan karyawan untuk mengambil keputusan, tetapi pemimpin tetap bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat oleh karyawan. Jenis kepemimpinan ini merupakan kemampuan mendelegasikan (memberikan tanggung jawab dan pengambilan keputusan langsung pada bawahan) tugas dan tanggung jawab kepada rekan kerja yang ada di bawahnya, namun tetap pemimpin yang bertanggung jawab jika terjadi kesalahan. Jenisi kepemimpinan ini akan berhasil jika karyawan mampu menganalisis situasi dan menentukan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya.

4.      Kharismatis
Pemimpin yang mampu menggerakkan orang lain melalui kekuatan pribadinya. Terdapat sesuatu yang menarik pada diri seorang pemimpin kharismatis sehingga orang mudah mengikutinya, mendengarkan nasihatnya, dan mentaati perintahnya. Pemimpin jenis ini membutuhkan pendamping yang dapat menjadi sumber gagasan dan pengatur kerja.

5.      Ideologis
Pemimpin yang tidak begitu ahli dalam hal dalam nemyusun rencana kerja dan pelaksanaannya, tetapi pemimpin jenis ini memiliki pikiran yang hidup dan dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang bagus serta memiliki visi-visi yang tinggi. Melalui visi dan gagasan yang dimiliki pemimpin ideologis, ia mampu menggerakkan dan mempengaruhi mereka yang dipimpinnya.

6.      Organisatoris
Pemimpin yang pandai menggerakkan orang melalui kecakapan organisatorisnya, dapat menyusun rencana kerja yang jitu dan mengatur kerja sama yang efisien. Selain itu, pemimpin jenis ini juga dapat menolong secara tepat, mereka yang ada dibawah kepemimpinannya dalam mengatasi kesulitan yang seringkali dijumapi saat melakukan pekerjaan.

Fungsi Kepemimpinan
1.      Kepemimpinan berguna untuk menetapkan struktur tugas, memberikan saran untuk menyelesaikan suatu masalah, informasi, dan pendapat.
2.      Kepemimpinan dapat membantu kelompok atau organisasi untuk berjalan secara efektif, melakukan persetujuan dengan kelompok lain, dan menengahi perbedaan pendapat yang ada di antara anggota kelompok. Berdasarkan kedua fungsi tersebut, maka kepemimpinan dalam sebuah organisasi fungsinya dibagi menjadi berikut:
-          Fungsi pengambilan keputusan (decision making)
-          Fungsi pengarahan (directing)
-          Fungsi pendelegasian (delegation)
-          Fungsi pemberdayaan (empowerment)
-          Fungsi fasilitasi (facilitating)
-          Fungsi pengendalian (controlling)

Pembagian Kepemimpinan dalam Organisasi
Menurut Soekarso & Putong (2015) pemimpinan dalam sebuah organisasi dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Pemimpin formal: pemimpin yang secara resmi diangkat dalam struktur organisasi dan kekuasaannya bersumber dari organisasi berupa kekuasaan resmi (legitimate power)
2.      Pemimpin informal: pemimpin yang tidak resmi diangkat, tidak terlihat dalam struktural organisasi, dan kekuasaannya bersumber dari pribadi misalnya berupa kekuasaan ahli (expert power)

Daftar Pustaka:
Mangunhardjana, A. M. (1976). Kepemimpinan. Jakarta: Kanisius.
Sarwono, S. W. (2005). Psikologi sosial : psikologi kelompok dan terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Soekarso & Putong, Iskandar. (2015). Kepemimpinan kajian teoritis dan praktis. Yogyakarta: Mitra Wacana Media.
Susanto, A. B. & Putra, M. (2010). 60 Management gems applying management wisdom in life. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 
https://yourstory.com/tag/leadership/