Kepemimpinan yang
mengarahkan atau memotivasi para pengikutnya pada tujuan yang telah ditetapkan
dengan cara memperjelas peran dan tugas mereka. Pada kepemimpinan ini terdapat
beberapa karakteristik, pertama mengenai penghargaan bersyarat, yaitu
menjanjikan penghargaan untuk kinerja yang bagus dan mengakui pencapaian yang
diperoleh. Karakteristik kedua tentang manajemen dengan pengecualian, yaitu
mengamati dan mencari penyimpangan dari aturan-aturan dan standar serta
melakukan tindakan perbaikan. Lalu karakteristik ketiga, yaitu kepemimpinan
bersifat bebas (Laissez-Faire) artinya melepaskan tanggung jawab dan
menghindari pengambilan keputusan maksudnya pemimpin menyadari bahwa anggotanya
mampu dalam melakukan pengambilan keputusan sendiri. Contoh kasus:
Laporan
Reporter Tribun Jogja, Santo Ari
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN –
Polda DIY memberikan penghargaan kepada anggotanya
yang berhasil mengungkap dan mengamankan tersangka dalam kasus orang hilang
yang direkrut organisasi Gafatar.
Sebanyak 11 personel dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda DIY mendapat piagam penghargaan dalam upacara
yang digelar di lapangan Polda DIY, Rabu (17/2/2016).
Kapolda
DIY Brigjen Pol Erwin Triwanto mengatakan penghargaan ini untuk memotivasi
kinerja dan meningkatkan keberhasilan pelaksanaan tugas bagi anggotanya yang
selama ini aktif dan berprestasi di jajaran Polda DIY.
Penghargaan ini untung anggota yang telah berhasil mengungkap
dan menangkap pelaku atas kasus orang hilang dokter Rica yang diduga direkrut
organisasi Gafatar.
"Mereka berangkat dengan tekad yang kuat, dengan waktu 10
hari akhirnya bisa mendapatkan korban yang diculik," ujar Kapolda.
Adapun anggota yang mendapat penghargaan adalah AKBP Djuhandani
Rahardjo selaku Wadir Reskrimum Polda DIY, lalu Kasubdit 1 Ditreskrimum AKBP Ganda
Saragih, Kanit 1 Subdit 1 Ditreskrimum Kompol I Wayan Artha, Kanit 4 Sat
Intelkan Polres Sleman Iptu Dwi Putra Santosa.
Kemudian selebihnya adalah anggota opsnal Ditreskrimum yakni
Bripka Ari Wintoko, Bripka Fery Andi, Brigadir Eko Wibowo, Brigadir Suharjono,
Brigadir Kimantoro Tri, Bripka Nurul Fajri dan PNS Ditreskrimum Dadang Arif.
Wadir Reskrimum AKBP Djuhandani Rahardjo mengatakan rasa
syukurnya karena pimpinan telah memperhatikan kinerja para personel di
lapangan.
Hal ini menurut Djuhandani memberikan motivasi ke depan agar ia
dan jajarannya lebih baik dalam melindungi dan mengayomi masyarakat khususnya
dalam hal penegakan hukum.
"Opsnal Unit Jatanras sudah 12 kali mendapat penghargaan
sejak 2010 lalu. Penghargaan ini didapat dengan melakukan pengungkapan kasus
yang cukup sulit dan perlu kerja keras dari anggota," paparnya. (tribunjogja.com)
Analisis kasus: penghargaan yang diberikan oleh Polda
kepada polisi yang berhasil mengungkap dan mengamankan tersangka penculikan
dari suatu organisasi merupakan salah satu contoh bentuk kepemimpinan
transaksional, dimana piagam penghargaan yang diberikan merupakan penghargaan
bersyarat yang dapat memotivasi para anggota kepolisian.
2.
Kepemimpinan Tranformasional
Kepemimpinan yang
menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan kepentingan pribadi
mereka demi kebaikan organisasi dan memiliki pengaruh yang luar biasa pada diri
para pengikutnya. Pemimpin tranformasional menaruh perhatian terhadap
perkembangan diri para pengikutnya, mengubah kesadaran pengikut mengenai
isu-isu yang ada dan menginspirasi para pengikutnya untuk bekerja keras.
Pada kepemimpinan ini
terdapat beberapa karakteristik diantaranya, yaitu berupa pengaruh yang ideal
dengan cara memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan, serta mendapatkan
respek dan kepercayaan. Kedua, yaitu memiliki motivasi yang inspirasional
dimana pemimpin mengkomunikasikan ekspektasi yang tinggi, menggunakan
simbol-simbol untuk berfokus pada upaya, dan menyatakan tujuan-tujuan penting
secara sederhana. Ketiga, yaitu pemimpin memiliki stimulasi yang intelektual
yang meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah yang cermat.
Keempat, yaitu memiliki pertimbangan yang bersifat individual artinya pemimpin
memberikan perhatian pribadi, memperlakukan masing-masing karyawan secara
individual, serta melatih dan memberikan saran. Contoh kasus:
Keterlibatan pertamanya dalam gerakan Hak Sipil adalah dalam insiden Miss Claudette Colvin dan Miss Rosa Parks ketika ia menolak menyerahkan kursinya untuk orang putih. King terlibat dalam kasus ini, dan itu menyebabkan kerusuhan Bus Montgomery. King memimpin kerusuhan ini.
Dia lalu merintis Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan, kelompok ini diciptakan dari gabungkan gereja kulit hitam untuk mengorganisir kerusuhan tanpa kekerasan untuk reformasi hak-hak sipil. King menerapkan metode tanpa kekerasan Gandhi di semua kerusuhan itu. Ia sangat sukses dan opini publik bergoyang dalam mendukung gerakan. Dengan demikian, banyak hak dimasukkan ke dalam hukum Amerika Serikat.
Pelajaran Kepemimpinan Martin LutherKing Junior
1. Pasif merupakan karakteristik buruk
Martin Luther King melihat bahwa kepasifan untuk kebaikan adalah seburuk mengabadi pada kejahatan.
Martin Luther King melihat bahwa kepasifan untuk kebaikan adalah seburuk mengabadi pada kejahatan.
Hal ini terutama berlaku jika Anda ingin menjadi pemimpin. Anda tidak bisa menjadi pasif. Ketika ada konflik yang terjadi antara dua anggota tim Anda, Anda harus menjadi orang yang menyelesaikannya. Ketika ada tantangan utama yang dihadapi organisasi Anda, Anda tidak dapat bersembunyi. Anda harus aktif dalam memulai metode baru, menghadapi tantangan dan memecahkan masalah.
2. Kepemimpinan kreatif diperlukan untuk perubahan
Martin Luther King melihat pentingnya revolusi disiplin. Dia melihat kekuatan sekelompok individu yang disiplin dan terorganisir yang berusaha untuk membawa perubahan positif di dunia. Dengan wahyu itu, dia memimpin gerakan hak-hak sipil untuk mencapai tujuannya.
Martin Luther King melihat pentingnya revolusi disiplin. Dia melihat kekuatan sekelompok individu yang disiplin dan terorganisir yang berusaha untuk membawa perubahan positif di dunia. Dengan wahyu itu, dia memimpin gerakan hak-hak sipil untuk mencapai tujuannya.
Seorang pemimpin yang sangat baik selalu menantang status quo. Dia tidak memungkinkan norma-norma sosial untuk menentukan metodenya atau tujuan.
3. Cinta adalah kekuatan yang lebih besar daripada kekerasan
Martin Luther King percaya bahwa cinta dan non-kekerasan adalah senjata yang lebih kuat daripada kekerasan dan kebencian dalam mempengaruhi perubahan. Dengan itu, ia menggunakan metode non-kekerasan sebagai sarana utama untuk mencapai persamaan hak bagi rakyatnya.
Apa pun penyebabnya Anda perjuangkan, atau organisasi yang Anda pimpin, selalu baik untuk mengetahui bahwa pada akhirnya, di atas segalanya, itu adalah cinta yang dapat mengubah dunia
Analisis kasus: kepemimpinan Martin Luther dikatakan sebagai kepemimpinan tranformasional dikarenakan ia telah menggunakan metode non kekerasan untuk memperjuangkan hak rakyatnya. Ia telah mengorganisir kerusuhan tanpa kekerasan untuk mereformasi hak-hak warga sipil dengan begitu ia telah mengubah pandangan para warga sipil bahwa kekerasan bukanlah hal yang dapat menyelesaikan masalah. Pada hal tersebut Martin Luther mengutamakan kepentingan orang lain khususnya orang kulit hitam dan ia juga mendapat dukungan masyarakat dalam gerakannya tersebut yang tanpa kekerasan. Selain itu Martin Luter juga merupakan pemimpin yang aktif untuk ikut serta memecahkan masalah yang ada pada anggotanya serta memiliki visi dan misi yang menggerakkan dia untuk memperjuangkan hak-hak sipil.
Martin Luther King percaya bahwa cinta dan non-kekerasan adalah senjata yang lebih kuat daripada kekerasan dan kebencian dalam mempengaruhi perubahan. Dengan itu, ia menggunakan metode non-kekerasan sebagai sarana utama untuk mencapai persamaan hak bagi rakyatnya.
Apa pun penyebabnya Anda perjuangkan, atau organisasi yang Anda pimpin, selalu baik untuk mengetahui bahwa pada akhirnya, di atas segalanya, itu adalah cinta yang dapat mengubah dunia
Analisis kasus: kepemimpinan Martin Luther dikatakan sebagai kepemimpinan tranformasional dikarenakan ia telah menggunakan metode non kekerasan untuk memperjuangkan hak rakyatnya. Ia telah mengorganisir kerusuhan tanpa kekerasan untuk mereformasi hak-hak warga sipil dengan begitu ia telah mengubah pandangan para warga sipil bahwa kekerasan bukanlah hal yang dapat menyelesaikan masalah. Pada hal tersebut Martin Luther mengutamakan kepentingan orang lain khususnya orang kulit hitam dan ia juga mendapat dukungan masyarakat dalam gerakannya tersebut yang tanpa kekerasan. Selain itu Martin Luter juga merupakan pemimpin yang aktif untuk ikut serta memecahkan masalah yang ada pada anggotanya serta memiliki visi dan misi yang menggerakkan dia untuk memperjuangkan hak-hak sipil.
Daftar Pustaka:
Robbins, S. &
Judge,T. (2008). Perilaku organisasi organizational behavior. Jakarta:
Salemba Empat.
http://perilakuorganisasi.com/kepemimpinan-martin-luther-king-jr.html
http://cybsearch.com/evolving-role-tech-leadership/
http://cybsearch.com/evolving-role-tech-leadership/