Rational Emotive Behavior Therapy
Terapi rational emotive behavior merupakan
teknik yang dikembangkan oleh Albert Ellis. Teori pada pendekatan ini
menekankan bahwa manusia dapat menyusun kembali pemikiran rasionalnya, yang
selanjutnya diikuti dengan pola tingkah laku. Dimana tingkah laku irasional
yang paling dasar adalah emotif atau sesuatu yang bisa membangkitkan emosi.
Kemudian, untuk mengatasi perilaku irasional adalah dengan mengorganisir
perilaku secara rasional dengan menyesuaikan minat pribadi dengan minat sosial,
sebab secara alamiah manusia ingin mencintai, tertarik pada sesuatu, dan ingin
membantu orang lain.
Tujuan
dari terapi ini adalah untuk membantu seseorang hidup lebih lama, mengurangi
gangguan emosional dan perilaku penaklukan diri, serta mengaktualisasi dirinya
sehingga mereka hidup dalam eksistensi yang lebih terpenuhi, yaitu bahagia. Hal
ini dapat dicapai dengan cara menolong seseorang untuk berpikir secara lebih
rasional (seperti lebih felksibel, rasional, dan ilmiah) dan merasa lebih
pantas. Menurut Ellis perasaan tidak layak timbul dari pemikiran absolutistik
atau adanya penggunaan kata “harus”. “mesti”. Dan “seharusnya”. Selain itu, Ellis juga mengungkapkan
beberapa tujuan lain dari terapi ini, pertama, yaitu unconditional self-accceptance, individu diminta untuk menerima
dirinya sendiri tanpa syarat walaupun dirinya salah atau tindakannya tidak
disetujui orang lain. Kedua, yaitu unconditional
other acceptance, individu diminta untuk menerima orang lain tanpa syara,t
seburuk apapun orang tersebut tetap harus diterima. Ketiga, yaitu unconditional life acceptance, klien
diminta untuk menerima hidup tanpa syarat artinya individu mengerti bahwa apa
yang diinginkannya tidak harus terpenuhi dan kesulitan merupakan hal yang dapat
ditoleransi oleh dirinya.
Konsep
dari terapi REBT berdasarkan teori A-B-C-D-E, dimana A (activating event) yaitu segala hal, situasi, atau kegagalan
peristiwa yang bisa menggerakkan seseorang. Kemudian, B (belief) yaitu keyakinan seseorang baik itu keyakinan yang sifatnya
rasional atau keyakinan yang tepat dan layak, dan yang kedua adalah keyakinan
irasional merupakan cara berpikir yang salah atau tidak masuk akal. Selanjutnya,
C (emotional consequence), yaitu
konsekuensi emosional sebagai akibat dari A, baik itu konsekuensi yang rasional
(berasal dari keyakinan rasional) dan konsekuensi yang irasional (berasal dari
keyakinan irasional). Lalu, D (disputing)
merupakan keyakinan irasional yang saling bertentangan didalam diri individu,
pada pelaksanaannya teknik disputing dapat dibagi menjadi tiga, yaitu detecting (membantu klien menemukan
keyakinan irasional), discriminating
(membantu klien membedakan keyakinan yang rasional dan tidak), dan debating (memberikan penjelasan terkait
keyakinan irasional klien).
Proses
terapi dalam rational emotive behavior
ini terdiri dari tiga tahapan. Pertama, konselor atau terapis memperlihatkan
dan menyadarkan klien tentang pikiran-pikirannya yang irasional sehingga klien
dapat mengerti mengapa hal tersebut dapat terjadi, pada tahap ini klien juga
diajarkan untuk mengubah hal tersebut. Kedua, klien diminta untuk memperkuat
keyakinan rasional dengan cara mengubah pikiran negatifnya dan konselor
membantu klien dalam menemukan tujuan hidupnya yang rasional. Ketiga, klien
diabntu oleh terapis untuk selalu berpikir rasional dan mengembangkan filosofi
hidupnya yang rasional, supaya pikiran-pikiran negatif tidak membawa klien
kepada suatu masalah.
Kemudian ada beberapa
teknik yang digunakan dalam REBT, diantaranya adalah teknik kognitif yang
terdiri dari beberapa cara. Pertama, yaitu disputing
merupakan gaya didaktik dimana
konselor mengajukan beberapa pertanyaan kepada klien terkait pikiran
rasionalnya. Pertanyaan tersebut bukan hanya ditanyakan kepada klien saja, tapi
klien dapat menanyakan pertanyaan itu kepada dirinya sendiri sehingga ia dapat
berpikir apakah pikiran irasionalnya termasuk hal yang wajar atau tidak. Selain
memberikan pertanyaan, konselor juga berperan dalam menjelaskan dan
menggambarkan tentang pikiran irasional klien. Kedua,yaitu rational
coping statements merupakan bentuk pernyataan yang dapat digunakan untuk
menangani pikiran irasional klien. Hal ini dilakukan setelah klien membantah
pemikiran irasionalnya. Contohnya yaitu dengan klien mengatakan “pekerjaan ini
bisa saya selesaikan”, “dalam situasi seperti ini saya tidak perlu cemas”. Ketiga,
yaitu diskusi yang dapat dilakukan oleh konselor untuk membahas hal-hal apa
saja yang membuat klien memiliki berbagai pikiran irasional. Pada teknik ini
konselor menjelaskan keuntungan dan kerugian dari sebuah tindakan sehingga
klien mengerti mengapa ia harus melakukan atau menghindari tindakan itu.
Sumber:
Mahyuddin, I. (2007). Terapi r.e.b agar hidup bebas derita. Yogyakarta: B-First.
Naisaban, L. Para psikolog terkemuka dunia. Jakarta: Grasindo.
Nelson-Jones, R. (2014). Theory and practice of counselling and psychotherapy sixth edition. United Kingdom: Sage Publications.
Semiun, Y. Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Setio, M. (1997). Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC.