Wednesday 6 June 2018

REVIEW JOURNAL SOFTSKILL

UK CONSUMERS’ ADOPTION OF THE INTERNET FOR GROCERY SHOPPING
Penulis                         : Ogenyi Ejye Omar
Halaman                      : 11-18
Volume                       : 3
Tahun                          : 2018

Latar Belakang
            Saat ini bisnis eceran elektronik sudah semakin berkembang dan meningkat bersamaan dengan jumlah pembelinya secara online. Disamping pertumbuhan bisnis online yang pesat, faktanya masih ditemukan kelangkaan data mengenai pengambilan keputusan dan persepsi pembeli, serta penggunaan dari e-commerce. Hasilnya banyak ditemukan ketidakpastian tentang jenis aktivitas retail marketing yang paling tepat diinternet. Penelitian yang berhubungan dengan penggunaan internet hanya terfokus pada sarananya saja, dan  kurang fokus pada sifat serta kognitif dari pengguna atau perilaku pembeli dalam keputusan membeli online. Adanya sifat kerumitan pembuatan keputusan oleh pembeli dan usaha pengecer untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik terhadap target pasarnya, sehingga dibutuhkan studi dan model yang fokus secara spesifik pada konteks kognitif dan sosial dari pembuatan keputusan pembeli. Tujuan dari peneltian ini untuk memeriksa konsep yang menopang aspek dari perilaku berbelanja yang berguna untuk menyediakan pemahaman yang lebih dalam tentang motivasi dan perilaku yang berhubungan dengan pembelian bahan pangan di internet. Sasaran dari studi ini untuk melanjutkan teori yang berhubungan dengan perilaku berbelanja di internet dan menyediakan informasi yang berguna untuk perkembangan retail marketing. Jurnal ini dikembangkan kerangka konseptual yang menggabungkan aspek dari tiga teori sikap yang terkenal, yaitu Theory berdasarkan of Reasoned Action, Theory of Planned Behavior, dan Theory of Trying untuk menyediakan pemahaman yang mendalam tentang konsep penggunaan internet untuk berbelanja.
Theory of Reasoned Action (TRA)
            Teori ini diusulkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) yang digunakan sebagai kerangka untuk menilai sikap berbelanja di internet. Khususnya fokus pada hal yang berhubungan dengan sikap dan maksud dari suatu perilaku dan sebaliknya. Kontribusi utama dari TRA khusus pada hal yang berhubungan dengan sikap dan maksud terhadap perilaku seseorang. Permasalahan dari pendekatan ini adalah konsumen percaya bahwa internet berguna untuk kemajuan masyarakat. Jadi, pendekatan TRA ini memiliki kekhususan berfokus pada sikap terhadap penggunaan internet untuk berbelanja dibandingkan intenet hanya sebagai perantara atau alat saja. Pengukuran sikap spesifik tersebut berguna sebagai prediktor yang lebih baik dari maksud dan preilaku yang berhubungan dengan internet.
Theory of Planned Behaviour (TPB)
            Theory of planned behaviour memperluas theory of reasoned action dengan menambahkan perceived behavioral control sebagai faktor yang mempengaruhi maksud dan tingkah laku. Ajzen mendefinisikan perceived behavioral control sebagai persepsi seseorang  yang berkaitan dengan kemudahan atau kesulitan dalam menampilkan minat yang dimiliki. Jika dihubungkan dengan kegiatan berbelanja di internet, perceived behavioral control mengacu pada seberapa mudah atau sulit untuk berbelanja online. Perceived behavioral control sangat penting dalam hal menentukan penggunaan internet oleh konsumen untuk pembelian secara online, tapi beberapa upaya dari konsumen harus didukung oleh konsep ini.
Theory of Trying
            Teori ini diusulkan oleh Bagozzi dan Warshaw (1990) dan menyediakan wawasan tentang bagaimana konsekuensi dari perilaku bisa mempengaruhi sikap dalam mencapai suatu tujuan. Teori ini memperhitungkan bahwa orang-orang mencoba untuk belajar tentang sesuatu, dan terjadi kegagalan, yang mengakibatkan gagal dalam merasakan hasil dari apa yang dipelajarinya. Contohnya, konsumen memiliki sikap yang baik terhadap penggunaan internet dan mencoba untuk belajar bagaimana menggunakan internet untuk berbelanja. Jika konsuumen merasa hal tersebut terlalu sulit untuk dipelajari atau menjadi frustasi dengan proses belajarnya, maka mereka akan menyerah untuk mencoba mempelajari hal itu. Jadi sangatlah penting untuk diketahui bahwa teori ini berfokus pada tujuan dan bukan hanya pada alasan dari sebuah perilaku saja. Seperti yang dikemukakan oleh Bagozzi dan Warshaw (1991), konsumen umumnya terlibat dalam perilaku, seperti penggunaan internet, untuk mendapatkan keuntungan yang mereka harapkan. Ada beberapa contoh dimana perilaku dilihat sebagai tujuan dan pencapaian dari tujuan yang memungkinkan konsumen untuk mengejar tujuan yang lain. Jadi tujuan berbelanja online adalah konsumen menggunakan internet karena mereka percaya bahwa metode berbelanja seperti ini akan mengehemat waktu dibandingkan metode berbelanja lainnya. Para konsumen dapat menggunakan waktu mereka untuk hal yang lebih penting dibandingkan berbelanja. Jadi, kenyamanan merupakan faktor utama dalam berbelanja online (Chen dan Tan, 2003).


Manfaat Berbelanja Online
            Toko online menyediakan informasi dalam jumlah besar dan menyediakan pengalaman perseptual yang lebih baik dibadningkan katalog (Maighan dan Lukas, 1997). Selain itu, internet memperbolehkan konsumen untuk melihat-lihat produk, mengumpulkan keterangan, menemukan serta mengunduh informasi, membandingkan harga, membeli produk, ,menempatkan atau merubah pesanan, dan menerima umpan balik tanpa harus berkeliling ke pusat perbelanjaan (Pavitt, 1997). Kenyamanan dilaporkan sebagai alasan utama untuk berbelanja di internet (Vozza, 2001).                           Faktor tambahan seperti menghemat uang dan waktu, tidak adanya biaya transportasi, banyaknya pilihan, tidak adanya antrian, dan tidak adanya tekanan dari penjual juga dilaporkan sebagai hal yang berkontribusi dalam kesenangan berbelanja di internet (Vozza, 2001).
Risiko yang Dirasakan Saat Berbelanja Online
            Mitchell (1999) menyebutkan ada beberapa tipe risiko yang dirasakan saat seseorang berbelanja online, yaitu keuangan, kinerja produk, psikologis, dan waktu atau hilangnya kenyamanan. Keuangan didefinisikan sebagai kerugian bersih yang diterima oleh konsumen, dan termasuk dan kemungkinan penyalahgunaan informasi dari kartu kredit seseorang. Jadi, konsumen merasa tidak aman terhadap kartu kredit online. Keengganan konsumen untuk menyediakan informasi mengenai kartu kredit mereka di web, telah dikutip sebagai hambatan utama dalam pembelian online (Burke, 1996). Risiko selanjutnya adalah kinerja produk, merupakan kerugian yang terjadi ketika produk tidak bekerja sesuai dengan apa yang konsumen harapkan. Hal ini terjadi karena pembeli memilih produk dengan kualitas rendah, akibat kurangnya kemampuan dalam menilai produk online dengan akurat. Kurangnya kemampuan tersebut mungkin dibatasi oleh adanya hambatan dalam menyentuh, merasakan, dan mencoba produk atau layanan yang ditawarkan situs berbelanja online tersebut. Selain itu, kurangnya informasi tentang warna dan kualitas produk juga meningkatkan risiko ini.         Faktor risiko selanjutnya adalah psikologis, yang berhubungan dengan kekecewaan, frustasi, dan adanya rasa malu jika informai seseorang diungkapkan. Internet sering dirasakan melanggar privasi penggunanya, yang menajdi salah stu perhatian utama para penggunannya (Maighan dan Lukas, 1997). Faktor risiko yang terkahir berkaitan dengan masalah waktu atau ketidaknyamanan yang berhubungan dengan hilangnya waktu dan ketidaknyamanan yang terjadi dalam kesulitan menavigasi atau mengirimkan pesanan, mencari situs web yang sesuai, atau terlambat dalam menerima produk. Dua hal yang menjadi penyebab ketidakpuasan dalam berbelanja online adalah masalah waktu atau ketidaknyamanan termasuk situs dan halaman web yang membingungkan atau terlalu lambat untuk mengunduh.
The Nature of The Product                                                                                                                Sifat dari suatu produk pangan merupakan produk yang mudah membusuk dengan cepat dan  memiliki siklus hidup yang pendek. Produk seperti itu harus dibeli dan dikonsumsi ketika dalam keadaan segar. Pada jurnal ini, bahan pangan merupakan aspek penting dari keputusan pembeli untuk menggunakan internet dalam pembelian bahan pangan. Keterkaitan konsumen dalam pembelian pangan secara langsung berhubungan dengan ciri dari makanan tersebut, yaitu rasa, bahan, nilai dari uang, harga, kualitas, keococokan, dan bahan tambahan. Menurut Omar (1999) konsumen memiliki dua aspek dalam menilai bahan pangan, pertama yaitu rasa dan kualitas. Konsumen menganggap nilai keuntungan seperti nilai dari mata uang, harga, dan citra merek digunakan untuk menilai kualitas dari suatu barang.                                        
         Kedua, mereka menggunakan peilaku untuk menentukan mana yang sesuai dengan persyaratan mereka. Hal ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu formal (berhubungan dengan kebutuhan), emosional dan kognitif yang lebih berhubungan dengan kepuasan dan kebudayaan atau kebutuhan beragama, seperti pilihan makanan yang didasarkan pada budaya atau persetujuan dari agama seseorang.                        
The Nature of Consumers                                                                                                                         Sifat dari konsumen merupakan fakor penting yang menentukan penerimaan metode berbelanja online di masyarakat. Burke (1996) menjelaskan bahwa kesuksesan e-commerce bergantung pada penerimaan dari konsumen. Studi tentang perilaku konsumen dalam pengalaman menggunakan internet menunjukkan adanya perbedaan dalam perilaku sosial, yaitu pengambil risiko dan bukan pengambil risiko. Selain itu, Teo (2011) juga menyebutkan beberapa hal yang memainkan peranan penting dalam penerimaan masyarakat terhadap metode berbelanja online, yaitu demografi, sosial ekonomi, dan psikografik karakteristik.                   
          Pada beberapa kasus ditemukan bahwa konsumen yang profesional adalah seseorang yang mudah beradaptasi karena mereka bisa menyesuaikan diri dengan baik terhadap inovasi yang ada. Jadi, dapat dikatakan bahwa pengalaman sebelumnya dari konsumen merupakan karakteristik internal yang bisa mempengaruhi peerimaan dari suatu inovasi. Oleh sebab itu, Burke (1996) menyebutkan bahwa persepsi konsumen terhadap penggunaan, kesenangan, dan kegunaan dari internet memainkan peranan penting dalam penerimaan internet di masyarakat.

Sumber:
Omar, O. E. (2018).UK CONSUMERS’ ADOPTION OF THE INTERNET FOR GROCERY SHOPPING. (3).11-18