Konsepsi
Ilmu Budaya Dasar dan Kesusastraan
Jadi, yang termasuk
dalam kategori Sastra adalah:
Menurut Wellek dan Warren (1989)
sastra adalah sebuah karya seni yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. sebuah ciptaan, kreasi, bukan
imitasi
2. luapan emosi yang spontan
3. bersifat otonom
4. otonomi sastra bersifat
koheren(ada keselarasan bentuk dan isi)
5. menghadirkan sintesis terhadap
hal-hal yang bertentangan
Hampir di
setiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasannya :
http://fadillahsiti706.wordpress.com/2013/01/09/ibd-bab-iii-konsepsi-ilmu-budaya-dasar-dalam-kesusastraan/
Struktur fisik puisi
Struktur batin puisi
Jenis-jenis puisi
Puisi lama
Puisi baru
Puisi
kontemporer
B. Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan
dengan Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan
yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm)
yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti
leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang
artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk
surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media
lainnya.prosa juga dibagi dalam dua bagian,yaitu prosa lama dan prosa
baru,prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya
barat,dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun.
Jenis-jenis prosa :
ü Prosa naratif
ü Prosa
deskriptif
ü Prosa
eksposisi
ü Prosa
argumentatif
Prosa Lama
Prosa
lama merupakan karya sastra yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau
kebudayaan barat. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan
secara lisan, disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Setelah agama
dan kebudayaan Islam masuk ke indonesia, masyarakat menjadi akrab dengan
tulisan, bentuk tulisan pun mulai banyak dikenal. Sejak itulah sastra tulisan
mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan
sastra indonesia mulai ada. Adapun bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
1. Hikayat
Hikayat, berasal dari India dan Arab, berisikan cerita kehidupan para dewi,
peri, pangeran, putri kerajaan, serta raja-raja yang memiliki kekuatan gaib.
Kesaktian dan kekuatan luar biasa yang dimiliki seseorang, yang diceritakan
dalam hikayat kadang tidak masuk akal. Namun dalam hikayat banyak mengambil
tokoh-tokoh dalam sejarah. Contoh: Hikayat Hang Tuah, Kabayan, si Pitung,
Hikayat si Miskin, Hikayat Indra Bangsawan, Hikayat Panji Semirang, Hikayat
Raja Budiman.
2. Sejarah
Sejarah (tambo), adalah salah satu bentuk prosa lama yang isi ceritanya
diambil dari suatu peristiwa sejarah. Cerita yang diungkapkan dalam sejarah
bisa dibuktikan dengan fakta. Selain berisikan peristiwa sejarah, juga
berisikan silsilah raja-raja. Sejarah yang berisikan silsilah raja ini ditulis
oleh para sastrawan masyarakat lama. Contoh: Sejarah Melayu karya datuk
Bendahara Paduka Raja alias Tun Sri Lanang yang ditulis tahun 1612.
3. Kisah
Kisah, adalah cerita tentang cerita perjalanan atau pelayaran seseorang
dari suatu tempat ke tempat lain. Contoh: Kisah Perjalanan Abdullah ke Negeri
Kelantan, Kisah Abdullah ke Jedah.
4. Dongeng
Dongeng,
adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Dongeng sendiri banyak ragamnya,
yaitu sebagai berikut:
ü Fabel, adalah cerita
lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula
disebut sebagai cerita binatang). Contoh: Kancil dengan Buaya, Kancil dengan
Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dan
Serigala, Burung bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
ü Mite (mitos),
adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda
atau hal yang dipercayai mempunyai kekuatan gaib. Contoh: Nyai Roro Kidul, Ki
Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau
Jadi-Jadian, Puntianak, Kelambai, dan lain-lain.
ü Legenda,
adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat
atau wilayah. Contoh: Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
ü Sage, adalah
cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian,
kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh: Calon Arang, Ciung
Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
ü Parabel,
adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan
menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh: Kisah Para Nabi, Hikayat Bayan
Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
ü Dongeng
jenaka, adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing
dilukiskan secara humor. Contoh: Pak Pandir, Lebai Malang, Pak Belalang, Abu
Nawas, dan lain-lain.
5. Cerita berbingkai
Cerita berbingkai, adalah cerita yang didalamnya terdapat cerita lagi yang
dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam.
Prosa
Baru
Prosa baru adalah
karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat.
Bentuk-bentuk prosa baru adalah sebagai berikut:
1. Roman
Roman adalah bentuk
prosa baru yang mengisahkan kehidupan pelaku utamanya dengan segala suka
dukanya. Dalam roman, pelaku utamanya sering diceritakan mulai dari masa
kanak-kanak sampai dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Roman mengungkap
adat atau aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail dan menyeluruh,
alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari
pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut.
Berdasarkan kandungan
isinya, roman dibedakan atas beberapa macam, antara lain sebagai berikut:
Ø Roman
transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung
pandangan hidup yang dapat dipetik oleh pembaca untuk kebaikan. Contoh: Layar
Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah
Muda oleh Adinegoro.
Ø Roman sosial
adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya yang
dilukiskan mengenai keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh:
Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
Ø Roman sejarah
yaitu roman yang isinya dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa
sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh: Hulubalang Raja
oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul
Muis.
Ø Roman
psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaan yang mendasari
segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh: Atheis oleh Achdiat
Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh
Armijn Pane.
Ø Roman detektif
merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang
sering menjadi pelaku utamanya seorang agen polisi yang tugasnya membongkar
berbagai kasus kejahatan. Contoh: Mencari Pencuri Anak Perawan oleh Suman HS,
Percobaan Seria oleh Suman HS, Kasih Tak Terlerai oleh Suman HS.
2. Novel
Novel berasal dari Italia. yaitu novella ‘berita’. Novel adalah bentuk
prosa baru yang melukiskan sebagian kehidupan pelaku utamanya yang terpenting,
paling menarik, dan yang mengandung konflik. Konflik atau pergulatan jiwa
tersebut mengakibatkan perubahan nasib pelaku. lika roman condong pada
idealisme, novel pada realisme. Biasanya novel lebih pendek daripada roman dan
lebih panjang dari cerpen. Contoh: Ave Maria oleh Idrus, Keluarga Gerilya oleh
Pramoedya Ananta Toer, Perburuan oleh Pramoedya Ananta Toer, Ziarah oleh Iwan
Simatupang, Surabaya oleh Idrus.
3. Cerpen
Cerpen adalah bentuk prosa baru yang menceritakan sebagian kecil dari
kehidupan pelakunya yang terpenting dan paling menarik. Di dalam cerpen boleh
ada konflik atau pertikaian, akan tetapi hal itu tidak menyebabkan perubahan
nasib pelakunya. Contoh: Radio Masyarakat oleh Rosihan Anwar, Bola Lampu oleh
Asrul Sani, Teman Duduk oleh Moh. Kosim, Wajah yang Bembah oleh Trisno Sumarjo,
Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis.
4. Riwayat
Riwayat (biografi), adalah suatu karangan prosa yang berisi
pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga
pengalaman hidup orang lain sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai
meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa, Prof. Dr. B.J Habibie, Ki Hajar
Dewantara.
5. Kritik
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil
karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria
tertentu yang sifatnya objektif dan menghakimi.
6. Resensi
Resensi adalah pembicaraan / pertimbangan / ulasan suatu karya (buku, film,
drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut
dari berbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga
disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut
dibaca atau dinikmati.
7. Esai
Esai adalah ulasan / kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan
pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan,
renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik,
pementasan drama, film, dll.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa
C. Ilmu Budaya
Dasar yang Dihubungkan dengan Puisi
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió)
= I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain
arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun
perbedaan ini masih diperdebatkan. Pandangan kaum awam biasanya membedakan
puisi dan prosa dari jumlah huruf dan kalimat dalam karya tersebut. Puisi lebih
singkat dan padat, sedangkan prosa lebih mengalir seperti mengutarakan cerita.
Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak
sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi
sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati
seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag
dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya
berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin
membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki
alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi
keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber
belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi
itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. Kebanyakan penyair aktif sekarang baik
pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi
tersebut.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada
bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Unsur-unsur
puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi
Struktur fisik puisi
Struktur
fisik puisi terdiri dari:
·
Perwajahan puisi (tipografi),
yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat
menentukan pemaknaan terhadap puisi.
·
Diksi, yaitu pemilihan
kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah
bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka
kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi
erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
·
Imaji, yaitu kata atau
susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh
(imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat,
medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
·
Kata konkret, yaitu kata yang dapat
ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini
berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret
“rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.
·
Gaya
bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa
figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas
antara lain metafora, simile,personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars
pro toto, totem
pro parte, hingga paradoks.
·
Rima/Irama adalah
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima
mencakup:
1.
Onomatope (tiruan
terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.),
2.
Bentuk intern pola bunyi (aliterasi,
asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh,
sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
3.
Pengulangan kata/ungkapan. Ritma
merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat
menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur batin puisi
Struktur
batin puisi terdiri dari :
·
Tema/makna (sense);
media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna,
maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
·
Rasa (feeling), yaitu sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan
tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi
penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis,
dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi
suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima,
gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar
belakang sosiologis dan psikologisnya.
·
Nada (tone),
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan
rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja
sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja
kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
·
Amanat/tujuan/maksud (itention);
yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca
Jenis-jenis puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama
dan puisi baru
Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh
aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
·
Jumlah kata dalam 1
baris
·
Jumlah baris dalam 1
bait
·
Persajakan (rima)
·
Banyak suku kata tiap
baris
·
Irama
Ciri puisi lama:
·
Merupakan puisi rakyat
yang tak dikenal nama pengarangnya.
·
Disampaikan lewat mulut
ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
·
Sangat terikat oleh
aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
1.
Mantra adalah
ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
2.
Pantun adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai
isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi,
agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
3.
Karmina adalah
pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh: Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu
sayang sekarang benci (a)
4.
Seloka adalah
pantun berkait.
Contoh: Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu
jati bertimbal jalan
Di
mana hati tak kan rusuh,
Ibu
mati bapak berjalan
5.
Gurindam adalah
puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh: Kurang pikir
kurang siasat (a)
Tentu
dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa
tinggalkan sembahyang (b)
Bagai
rumah tiada bertiang (b)
Jika
suami tiada berhati lurus (c)
Istri
pun kelak menjadi kurus (c)
6.
Syair adalah
puisi yang bersumber dari Arab dengan
ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh: Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah
sebuah cerita (a)
Sebuah
negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin
sang raja nan bijaksana (a)
7.
Talibun adalah
pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh: Kalau anak pergi ke pekan
Yu
beli belanak pun beli sampiran
Ikan
panjang beli dahulu
Kalau
anak pergi berjalan
Ibu
cari sanak pun cari isi
Induk
semang cari dahulu
Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam
segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
·
Bentuknya rapi, simetris;
·
Mempunyai persajakan akhir (yang
teratur);
·
Banyak mempergunakan pola sajak pantun
dan syair meskipun ada pola yang lain;
·
Sebagian besar puisi empat seuntai;
·
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra
(kesatuan sintaksis)
·
Tiap gatranya terdiri atas dua kata
(sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis puisi baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
·
Balada adalah
puisi berisi kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait,
masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b.
Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait
pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi
karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
·
Himne adalah
puisi pujaan untuk Tuhan, tanah
air, atau pahlawan.
Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang
pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu
di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne
diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang
dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
·
Ode adalah
puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
·
Epigram adalah
puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa
Yunani epigramma yang
berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
·
Romansa adalah
puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa
Perancis Romantique yang
berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih
mesra
·
Elegi adalah
puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang
mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama
karena kematian/kepergian seseorang.
·
Satire adalah
puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa
Latin Satura yang
berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu
golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
·
Distikon,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
·
Terzina,
puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
·
Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi
empat seuntai)
·
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris
(puisi lima seuntai).
·
Sektet,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
·
Septime,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
·
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris
(double kutrain atau puisi delapan seuntai).
·
Soneta, adalah puisi
yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama
masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta
berasal dari kata sonneto (Bahasa
Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah
puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan
oleh Muhammad
Yamin dan Roestam
Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap
sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi
tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai
kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah
barisnya (empat belas baris).
Puisi
kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai
dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan
zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir
dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata
yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan,
dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa,
irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
·
Puisi mantra adalah
puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah
orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer.
Ciri-ciri mantra adalah:
1.
Mantra bukanlah sesuatu yang
dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan
akibat tertentu
2.
Mantra berfungsi sebagai penghubung
manusia dengan dunia misteri
3.
Mantra mengutamakan efek atau akibat
berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
·
Puisi mbeling adalah
bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah
ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama
kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk
menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy
Silado, lembar tersebut diberi nama "Puisi
Mbeling". Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi.
Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
1.
Mengutamakan unsur kelakar; pengarang
memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan
tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan
(tersirat).
- Menyampaikan kritik sosial terutama
terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan.
- Menyampaikan ejekan kepada para penyair
yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan
puisi yang mengkritik puisi.
·
Puisi konkret adalah
puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga
menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi